Always support to go green ...^^

Always support to go green ...^^
Always support to go green ...^^

Sabtu, 13 Maret 2010

Kandungan Bahan Kimia BOD di Perairan Kalsel Melebihi Baku Mutu

KANDUNGAN BAHAN KIMIA BOD
DI PERAIRAN KALSEL MELEBIHI BAKU MUTU

Banjarmasin,5/9 (ANTARA)- Berdasarkan hasil pemantauan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kalimantan Selatan (Kalsel) terhadap kandungan bahan kimia BOD di beberapa lokasi perairan Kalsel ternyata berada di ambang batas dari baku mutu. Seperti tertera di bahan tertulis Bpedalda Kalsel yang disampaikan Kepala Bidang Kehumasan Badan Informasi Daerah (BID) Kalsel, Drs.Ismed Setaibakti kepada ANTARA di kantornya Banjarmasin, Jumat bahwa pemantauan tersebut baik pada musim Penghujan dan Kemarau. Semua titik pantau kandungan BOD-nya melebihi baku mutu yang telahditetapkan.
Hasil pengukuran dilapangan terhadap Kondisi BOD tertinggi yaitu pada pemantauan musim penghujan yaitu pada titik pantau II yaitu Pondok Pesantren Darusalam, sungai di Kota Martapura. Tingginya nilai BOD ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh rusaknya DAS pada bagian hulu serta adanya kegiatan penambangan pasir, serta masuknya seresah-seresah bahan organik masuk kedalam badan air, serta akibat kegiatan manusia pada daerah pemantauan. Nilai BOD ditentukan oleh Jumlah oksigen yang diperlukan untuk proses Biologi di dalam perairan, semakin tinggi bahan organik yang terkandung dalam perairan, maka nilai BOD juga semakin tinggi. Pada sungai-sungai di Kalsel pada umum kondisi nilai BOD akan sangat rentan karena banyaknya pasokan bahan organik kedalam perairan karena kondisi daratan yang didominasi oleh rawa-rawa.
Sementara kondisi bahan kimia COD hasil pemantauan kualitas air sungai pada musim penghujan dan kemarau tertinggi terdapat pada titik pantau VI yaitu Sungai Barito,
Tingginya COD ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh tingginya kandungan bahan yang sulit terurainya oleh proses kimia karena bagian hilir sungai martapura dan sungai barito, sehingga kosentrasi partikel terdapat pada daerah pemantauan.
Kondisi pemantauan temperatur mempunyai kesamaan hampir pada semua titik pemantauan yaitu tertinggi 28oC dan terendah 27,7oC. Temperatur air ini dipengaruhi intensitas sinar matahari dan kondisi tutupan di sekitar sungai serta proses-proses oksidasi dalam perairan.
Kondisi pemantauan Nitrat tertinggi terdapat pada titik pemantauan I yaitu bagian hulu. Kondisi tingginya nitrat tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh tingkat kesuburan air akibat kelimpahan N akibat air hujan dan pengaruh kesuburan tanah disekitar daerah pemantauan. Kondisi pemantauan Nitrit tertinggi terdapat pada titik pemantauan III yaitu Banua Anyar, pada daerah ini didominasi oleh daerah rawa dan pertanian, sehingga kemungkinan besar Nitrit yang berasal dari fiksasi Nitrat menjadi nitrit.
Hasil Pemantauan Kualitas air untuk parameter DO menunjukan nilai yang mendekati baik yaitu rata-rata diatas 5, angka tersebut telah dibawa baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 6, kondisi DO dipengaruhi oleh kualitas perairan, semakin tinggi nilai mutu perairan maka DO juga semakin tinggi.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kandungan phospat tertinggi berada pada titik pantau III. Hal ini terkait dengan wilayah titik pantau tersebut yang merupakan daerah rawa dan pertanian sehingga diduga kandungan phospat yang tinggi terjadi akibat pencucian pupuk yang berasal dari pertanian tersebut. Kebanyakan sulfat terlarut dalam air. Meskipun demikian terdapat kemungkinan ia dapat tereduksi menjadi sulfida menguap menjadi H2S, mengendap sebagai garam yang tak larut atau bergabung dalam mikroorganisme. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa SO4 tertinggi terdapat pada titik pantau II. Hal ini karena terdapat lebih banyak mikroorganisme di daerah titik pantau II yang merupakan daerah pondok pesantren yang menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari, sehingga diduga sulfat yang ada terakumulasi karena bergabung dalam mikroorganisme hidup di sekitar titik pantau tesebut.
Kandungan Fecal Coliform dan Total Coliform hasil pemantauan pada musim kemarau tertinggi didapatkan pada titik pantau II. Pada daerah ini karena terdapat aktifitas manusia yang cukup tinggi dalam menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari termasuk untuk mandi dan kakus. Bakteri ini biasanya hidup di usus manusia atau hewan dan setiap hari bakteri koli keluar dari tubuh termasuk E. coli. Hal ini yang menyebabkan tingginya kandungan bakteri tersebut di titik tersebut.

http://hasanzainuddin.wordpress.com/lingkungan-kalsel/

1 komentar:

  1. artikel nya sangat membantu, kebutulan kami juga membahas mengenai pengolahan air limbah atau Ipal Rumah Sakit, dan kami merupakan perusahaan yang bergerak di bidang konsultan ipal, hubungi kami disini

    BalasHapus